Jumat, 16 November 2018

SISTEM NFT (Nutrient Film Techniue) dan SISTEM DFT (Deep Flow Technique)

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmatNya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sistem NFT (Nutrient Film Techniue) dan Sistem DFT (Deep Flow Technique) dengan lancar.
Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik serta saran yang membangun masih penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah in. Atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan makalah ini penyusun ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini dapat dipergunakan seperlunya.
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Sejak manusia mengenal pertanian, tanah merupakan media tanam yang paling umum digunakan dalam bercocok tanam. Seiring dengan perkembangan jaman dan dipacu oleh keterbatasan lahan yang dimiliki seperti tanah yang sempit atau tanah yang tidak subur, orang mulai bercocok tanam dengan menggunakan media.  
Hidroponik menjadi salah satu alternatif cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. tanam bukan tanah, seperti air, pasir dan lain-lain. Istilah hidroponik pertama kali dikemukakan oleh W.F. Gericke dari University of California pada awal tahun 1930-an, yang melakukan percobaan hara tanaman dalam skala komersial yang selanjutnya disebut nutrikultur atau hydroponics. Hidroponik berasal dari bahasa Latin yang berarti hydro (air) dan ponos (kerja). Hiidroponik didefinisikan secara ilmiah sebagai suatu cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, akan tetapi menggunakan media inert (tidak menyediakan unsur hara seperti pasir. yang diberikan larutan hara yang mengandung semua elemen esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal tanaman.
Hidroponik merupakan solusi di bidang pertanian dengan menggunakan teknologi sederhana untuk memudahkan masyarakat dalam bercocok tanam. Hidroponik mampu menghasilkan produksi tanaman yang lebih terjamin kebebasannya dari hama penyakit yang berasal dari tanah, dapat dijadikan profesi baru sebagai mata pencaharian bagi petani dan masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan, meningkatkan pemenuhan sumber gizi keluarga dan masyarakat, dan apabila diusahakan dalam skala besar dapat meningkatkan ekspor produksi hortikultura segar dan berkualitas tinggi sehingga dapat menambah devisa negara.
Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan budidaya secara konvensional, yaitu pertumbuhan tanaman dapat dikontrol, tanaman dapat berproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi, tanaman jarang terserang hama penyakit karena terlindungi, pemberian air irigasi dan larutan hara lebih efisien dan efektif, dapat diusahakan terus menerus tanpa tergantung oleh musim, dan dapat diterapkan pada lahan yang sempit.
Sistem bercocok tanam ala hidroponik kini semakin banyak dipilih karena merupakan budidaya tanaman tanpa media tanah. Sistem bercocok tanam yang lebih banyak menggunakan air sebagai sumber nutrisi utama ini biasanya dilakukan di dalam greenhouse. Pasalnya, faktor-faktor ekosistem bisa lebih mudah dikendalikan sehingga risiko terhadap pengaruh cuaca pun bisa diperkecil. Ide awal kebun hidroponik muncul dalam menyiasati keterbatasan lahan, waktu, dan cara pemeliharaan. Pada hidroponik, tanaman tumbuh di dalam media tanam, tetapi tanaman tidak mendapatkan apa-apa dari media tanam tersebut. Tanaman hanya menerima apa yang kita berikan, tidak lebih tidak kurang. Kita memiliki kontrol total atas pH, nutrisi dan kepekatan dari nutrisi tersebut.

I.2  Rumusan Masalah
Apa perbedaan dari sistem NFT (Nutrient Film Technique) dengan sistem DFT (Deep Flow Technique)? dan sistem manakah yang terbaik dari kedua sistem tersebut?

1.3  Tujuan 
1. Mengetahui perbedaan antara sistem NFT (Nutrient Film Technique) dan DFT (Deep Flow Technique).
2. Mengetahui sistem terbaik dari kedua sistem tersebut.

1.4  Manfaat 
1. Diketahui perbedaan antara sistem NFT (Nutrient Film Technique) dan DFT (Deep Flow Technique).
2. Diketahui sistem terbaik dari kedua sistem tersebut.

II. PEMBAHASAN


Hidroponik adalah cara budidaya pertanian tanpa menggunakan media tanah, akan tetapi menggunakan air sebagai medium untuk menggantikan tanah. Sistem bercocok tanam secara hidroponik dapat memanfaatkan lahan yang sempit. Budidaya hidroponik biasanya dilaksanakan di dalam rumah kaca (greenhouse) untuk menjaga supaya pertumbuhan tanaman secara optimal dan benar – benar terlindung dari pengaruh unsur luar seperti hujan, hama penyakit, iklim dan lain–lain. Keunggulan dari budidaya dengan menggunakan sistem hidroponik antara lain kepadatan tanaman per satuan luas dapat dapat dilipat gandakan sehingga menghemat penggunaan lahan, mutu produk seperti bentuk, ukuran, rasa, warna, kebersihan dapat dijamin karena kebutuhan nutrient tanaman dipasok secara terkendali di dalam rumah kaca, tidak tergantung musim atau waktu tanam dan panen, sehingga dapat diatur sesuai dengan kebutuhan pasar (Roidah, 2014).
Sistem hidroponik terdiri dari dua sistem, yaitu sistem tanpa sirkulasi nutrisi dan sistem dengan sirkulasi nutrisi. Sistem tanpa sirkulasi nutrisi, ada beberapa metode atau teknik yang sering digunakan, seperti sistem Root Dipping Technique, Floating Technique, Capillary Action Technique. Pada sistem hidroponik dengan sirkulasi nutrisi, teknik atau metode yang digunakan seperti metode substrat,  Deep Flow Technique, Nutrient Film Technique dan Aeroponik (Faryuni et al, 2018).
Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai sistem NFT dan sistem DFT pada hidroponik.

II.1 Sistem NFT (Nutrient Film Technique)
NFT (Nutrient Film Technique) merupakan model budidaya hidroponik dengan meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang dangkal. Air tersebut tersirkulasi dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran bisa berkembang di dalam larutan nutrisi karena di sekeliling perakaran terdapat selapis larutan nutrisi, maka sistem ini dikenal dengan nama NFT. (Wibowo et al, 2013).
Sistem NFT memberikan nutrisi dengan cara mengalirkan selapis larutan nutrisi setinggi kira-kira 3 mm pada perakaran tanama. Jika lebih dari itu apalagi sampai menyebabkan perakaran terendam terlalu dalam, menyebabkan tanaman bakal sulit mendapatkan pasokan oksigen dalam jumlah memadai (Hendra et al, 2014).
Pada sistem NFT, tanaman ditanam di dalam pipa PVC yang diletakkan secara menggantung dengan pipa yang sedikit miring, sehingga sebagian akar tanaman tumbuh di atas permukaan larutan nutrisi dan sebagian lagi terendam di dalamnya. Larutan hara terus didaur ulang selama 24 jam. Apabila pompa berhenti berjalan, semua unsur hara didalam pipa akan habis dan tanaman akan mengering dalam hitungan jam. Hal ini dapat diatasi dengan cara membuat sudut pipa lebih kecil dan menambahkan pipa untuk meluapkan hara. Pipa berfungsi untuk memberikan reservoir hara yang akan tetap ada bila terjadi kematian listrik atau pompa. Sistem NFT sangat cocok untuk tanaman yang memiliki akar kecil seperti selada, stroberi, dan rempah-rempah (Purbajanti et al, 2017).


Gambar 1. Skema Sistem NFT (Nutrient Film Technique) (Tallei, 2017)
II.2  Sistem DFT (Deep Flow Technique)
Sistem DFT (Deep Flow Technique) adalah metode hidroponik dengan menggenangkan nutrisi dengan ketebalan lapisan nutrisi sekitar 4 – 6 cm pada sistem sehingga sistem ini tidak bergantung pada listrik sepenuhnya dan menjaga suhu di akar tanaman agar lebih stabil. Keuntungan dari sistem ini ialah lebih irit dalam pemakaian listrik. Pada saat malam hari misalnya, listrik dapat dimatikan dan tanaman tidak akan kering maupun layu karena lapisan nutrisi cukup dalam. Namun kondisi ini memberikan peluang busuknya akar karena penerimaan oksigen menjadi minim (Fauzi et al, 2016).
Sistem kerja DFT adalah pada kurun waktu tertentu pompa air celup akan mengalirkan air nutrisi dari penampungan ke pipa penanaman untuk mensirkulasi larutan nutrisi sehingga air pada pipa penanaman tidak akan kekurangan nutrisi yang akan diserap oleh tanaman. Kemudian air dari pipa penanaman akan dialirkan kembali ke penampung air (Suryanto et al, 2017).


Gambar 2. Skema Sistem DFT (Deep Flow Technique) (Suryanto, 2017)

Teknologi hidroponik dengan model DFT lebih irit dalam pemakaian listrik. Pada saat malam hari misalnya, listrik dapat dimatikan dan tanaman tidak akan kering maupun layu karena lapisan nutrisi cukup dalam. Sedangkan pada sistem NFT memiliki kelebihan seperti mudahnya mengontrol sirkulasi air, nutrisi dan oksigen pada tanaman. Namun sayangnya teknologi NFT boros akan listrik. Pompa harus dalam keadaan terus menyala agar seluruh nutrisi yang dibutuhkan tanaman terkontrol (Fauzi et al, 2016).
Kedua sistem yang dijelaskan di atas memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada tanaman yang di panen hasil yang didapatkan pada sistem NFT lebih baik dibandingkan dengan sistem DFT. Hal ini dibuktikan melalui tabel berikut:

Tabel 1. Hasil uji BNT tanaman Pak Coy pada perlakuan sistem tanam dan jenis   nutrisi

Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun (helai)
Lebar Daun (cm)
Berat Basah (g)
Berat Kering (g)
S1
S2
15,87 b
21,05 a
11,95 b
14,33 a
8,87 a
7,82 b
42,06 b
97,15 a
3,05 b
5,71 a
bnt (0,05)
1,60
1,52
0,67
14,41
1,00
N1
N2
N3
24,47 a
9,81 c
21,09 b
16,68 a
8,25 c
14,50 b
8,81 b
4,77 c
11,45 a
111,60 a
13,41 c
77,80 b
7,48 a
0,99 c
4,68 b
bnt (0,05)
1,96
1,86
0,82
17,65
1,23
Ket: S1 (DFT) S2 (NFT), N1 (AB mix), N2 ( majemuk lengkap), N2 (NPK) (Sesanti et al, 2016)

Pada penelitian Sesanti et al. (2016) didapatkan hasil tanaman Pak Coy menggunakan sistem NFT dengan tambahan perlakuan berbagai nutrisi lebih baik dibandingkan sistem DFT dengan tambahan perlakuan berbagai nutrisi yang sama dalam segi tinggi tanaman, jumlah helai daun, lebar daun, berat basah, dan berat kering.
Dengan demikin, sistem hidroponik NFT lebih baik dibandingkan sistem hidroponik DFT untuk budidaya tanaman Pak Coy dengan berbagai perlakuan tambahan.

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teknologi hidroponik dengan model DFT lebih irit dalam pemakaian listrik. Pada saat malam hari misalnya, listrik dapat dimatikan dan tanaman tidak akan kering maupun layu karena lapisan nutrisi cukup dalam. Sedangkan pada sistem NFT memiliki kelebihan seperti mudahnya mengontrol sirkulasi air, nutrisi dan oksigen pada tanaman. Namun sayangnya teknologi NFT boros akan listrik. Pompa harus dalam keadaan terus menyala agar seluruh nutrisi yang dibutuhkan tanaman terkontrol.
Sistem NFT dengan tambahan perlakuan berbagai nutrisi lebih baik dibandingkan sistem DFT dengan tambahan perlakuan berbagai nutrisi yang sama dalam segi tinggi tanaman, jumlah helai daun, lebar daun, berat basah, dan berat kering.

DAFTAR PUSTAKA

Faryuni, Irfana Diah., dan Sumpuro, Joko. 2018. The Application Of The Hydroponic Farming Method As An Appropriate Technology In kelurahan Tambelan Sampit. 02(02): 26-33.
Fauzi, Ahmad Rifqi., Ichniarsiyah, Nur Annisa., dan Agustin, Heny. 2016. Pertanian Perkotaan: Urgensi, Peranan, dan Praktik Terbaik. 10(01):  49-62.
Hendra, Heru Agus. dan Andoko, Agus. 2014. Bertanam Sayuran Hidroponik Ala Paktani Hydrofram. PT. AgroMedia Pustaka: Jakarta.
Purbajanti, Endang Dwi. dan Slamet, Widyati. 2017. Hydroponic Bertanam Tanpa Tanah. EF Digimedia: Semarang.
Roidah, Syamsu Ida. 2014. Pemanfaatan Lahan dengan Menggunakan Sistem Hidroponik. 01(02): 43-50.
Sesanti, Novi, dan Sismanto. 2016. Pertumbuhan Dan Hasil Pakchoi (Brasicca Rapa L.) Pada Dua Sistem Hidroponik Dan Empat Jenis Nutrisi. 04(01): 1- 9.
Suryanto, Agus., Irawan, Budi., dan Setianingsih, Casi. 2017. Pengembangan Sistem Otomatisasi Pengendalian Nutrisi Pada Hidroponik Berbasis Android. 04(02): 2213-2219.
Tallei, Tarina E. dan Rumengian, Inneke. 2017. Hidroponik Untuk Pemula. LPPM UNSRAT: Manado.
Wibowo, Sapto., dan Asriyanti, Arum. 2013. Aplikasi Hidroponik NFT pada Budidaya Pakcoy (Brassica rapachinensis). 13(3): 159-167.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar