Jumat, 23 November 2018

artikel konseptual


DAMPAK PENGGUNAAN PESTISIDA TERHADAP LINKUNGAN DAN MANUSIA SERTA PENANGGULANGANNYA
ANGGUN FITRIANI  (J1B117026)

ABSTRAK

Pestisida adalah suatu bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan hama. Pestisida dapat digolongkan berdasarkan fungsi mekanisme biologisnya atau metode aplikasi. Setiap penggunaan pestisida membawa beberapa resiko yang terkait. Pestisida memegang peranan penting dalam melindungi tanaman, ternak, dan untuk mengontrol sumber-sumber vektor penyakit (vector-borne diseases). Penggunaan pestisida oleh petani tidak terelakan. Penggunaan pestisida yang memiliki kandungan bahan aktif pada suatu lingkungan akan menimbulkan kemungkinan terjadinya pencemaran air tanah oleh suatu kontaminan. Untuk menghindari dampak negatif dari penggunaan pestisida, maka perlu adanya peningkatan pengetahuan dan praktik yang benar dalam menggunakan pestisida di lahan pertanian. Disamping itu petani hendaknya menggunakan alat pelindung diri pada waktu menggunakan pestisida serta menerapkan Pengelolaan Hama Terpadu.
Kata kunci : pestisida, bahan kimia, pencemaran, petani

PENDAHULUAN

Latar Belakang

            Mula-mula manusia membunuh hama secara sederhana yaitu dengan cara fisik dan mekanik sebagai bentuk reaksi pertahanan alami manusia. Namun dengan semakin luasnya daerah pertanian dan pertambahannya penduduk dunia caracara sederhana tersebut tak mampu membendung peningkatan populasi dan keganasan hama.
kemudian dikembangkan cara-cara pengendalian hama yang lebih efektif dibandingkan dengan metode fisik mekanik. Pengendalian dengan cara baru dikembangkan dan digunakan seperti cara bercocok tanam penggunaan jenis tanaman yang tahan terhadap hama parasitoid dan predator, dan penggunaan bahan kimia organik. Sampai pada era Perang Dunia II praktek pengendalian hama masih banyak dilandasi oleh bermacam-macam pengetahuan biologi dan ekologi sehingga cara-cara pengendalian hama kurang memberikan dampak negatif bagi lingkungan hidup dan keamanan kehidupan manusia. Tetapi metode pengendalian yang digunakan pada saat itu masih dianggap kurang efektif dan sering kurang praktis.
Pada era perang dunia ke II, mulai digunakannya insektisida organik sintetik. Hal ini disebabkan karena pada permulaannya pestisida menunjukkan hasil yang mengagumkan dalam efektifitas dan efisiensinya mengendalikan hama dibandingkan cara-cara pengendalian sebelumnya. Pestisida ternyata sangat efektif, praktis dan mendatangkan keuntungan ekonomi yang besar bagi petani. Tak heran setelah tahun 1950 an penggunaan pestisida pertanian diseluruh dunia semakin tinggi dan industri pestisida berkembang sangat cepat sehingga menjadi industri yang memiliki kekuatan ekonomi dan politik banyak negara di dunia. Sehingga timbul kesan dan pandangan seakan-akan bahwa keberhasilan pembangunan pertanian tidak dapat dilepaskan dari jasa pestisida.
Disamping segala keberhasilannya manusia semakin merasakan dampak negatif pestisida yang semakin memprihatinkan rasa kemanusiaan dan juga rasa tanggung jawabnya terhadap kelangsungan hidup manusia di biosfer ini. Bukti-bukti semakin berdatangan tentang banyak korban pestisida baik binatang berharga, ternak dan manusia sendiri. Residu pestisida pada makanan dan lingkungan semakin menakutkan manusia (Anonimous, 1993).
Dengan semakin meningkatnya pembangunan di berbagai sektor seperti pertanian, kesehatan masyarakat, perdagangan dan industri, dikeluarkan lah Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1973, tentang “Pengawasan atas Peredaran dan Penggunaan Pestisida”.
Pestisida terbukti mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Pestisida adalah bahan yang beracun dan berbahaya, yang bila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan. Dampak negatif tersebut akan menimbulkan berbagai masalah baik secara langsung ataupun tidak, akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia seperti keracunan. Dampak negatif yang terjadi dari penggunaan pestisida pada pengendalian hama adalah keracunan, khususnya para petani yang sering/ intensif menggunakan pestisida (Bimas, 1990).

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Pestisida

Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuh, jadi pestisida adalah substansi kimia digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Secara luas pestisida diartikan sebagai suatu zat yang dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, pengaruh hormon, penghambat makanan, membuat mandul, sebagai pengikat, penolak dan aktivitas lainnya yang mempengaruhi OPT. Sedangkan menurut The United State Federal Environmental Pestiade Control Act, Pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteri atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya. Atau semua zat atau campuran zat yang digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman. Terdapat berbagai jenis pestisida salah satunya adalah Hidrokarbon Berklor. Kelompok senyawa ini sering sisebut sebagai organoklorin walaupun penamaannya kurang tepat karena didalamnya termasuk fosfat organik yang mengandung klor.
Pestisida yang banyak digunakan biasanya merupakan bahan kimia toksikan yang unik, karena dalam penggunaannya, pestisida ditambahkan atau dimasukkan secara sengaja ke dalam lingkungan dengan tujuan untuk membunuh beberapa bentuk kehidupan. Idealnya pestisida hanya bekerja secara spesifik pada organisme sasaran yang dikehendaki saja dan tidak pada organisme lain yang bukan sasaran. Tetapi kenyataanya, kebanyakan bahan kimia yang digunakan sebagai pestisida tidak selektif dan malah merupakan toksikan umum pada berbagai organisme, termasuk manusia dan organisme lain yang diperlukan oleh lingkungan (Keman, 2001).
Seperti disebutkan sebelumnya, penggunaan pestisida dalam aktifitas manusia sangat beragam. Diantaranya adalah penggunaan pestisida di bidang pertanian, yang merupakan salah satu upaya untuk peningkatan produk pertanian. Penggunaan pestisida ini tidak akan menimbulkan masalah apabila sesuai dengan aturan yang diperbolehkan. Penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku dapat membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini sehubungan dengan sifatnya yang toksik, serta kemampuan dispersinya yang tinggi yaitu mencapai 100% (Mangkoedihardja, 1999).

Klasifikasi Kimiawi Pestisida Organoklorin

Insektisida organoklorin dikelompokkan menjadi tiga golongan berikut:
1.      DDT dan analognya, misalnya BHC, dicofol, Klorobenzilat, TDE dan metoxychlor.
2.      Senyawa siklodien, misalnya aldrin, dieldrin, endrin, endusulfan dan heptaklor
3.      Terpena berklor, misalnya toksafen (Panut, 2008).

SIFAT DAN CARA KERJA ORGANOKLORIN

Pada aplikasinya organoklorin bersifat non sistemik yaitu tidak diserap oleh jaringan tanaman tetapi hanya menempel pada bagian luar tanaman disebut dengan insektisida kontak. Disamping itu organoklorin juga sebagai racun kontak, insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga lewat kulit dan ditranformasikan ke bagian tubuh serangga tempat insektisida aktif bekerja (susunan saraf). Racun lambung atau racun perut adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran jika termakan serta masuk kedalam organ pencernaannya. Racun inhalasi merupakan insektisida yang bekerja lewat sistem pernapasan. Racun pernapasan adalah insektisida yang mematikan serangga karena mengganggu kerja organ pernapasan (misalnya menghentikan kerja otot yang mengatur pernapasan) sehingga serangga mati akibat tidak bisa bernapas (Panut 2008).

PEMBAHASAN

Peranan Pestisida Dalam Bidang Pertanian

Pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian hama. Prinsip penggunaan pestisida secara ideal adalah sebagai berikut (Fischer, 1992 dan Natawigena, 1985) :
1.      Harus kompatibel dengan komponen pengendalian hama yang lain, yaitu komponen pengendalian hayati,
2.       Efektif, spesifik dan selektif untuk mengendalikan hama tertentu
3.       Meninggalkan residu dalam waktu yang diperlukan saja,
4.      Tidak boleh persisten di lingkungan, dengan kata lain harus
mudah terurai,
5.      Takaran aplikasi rendah, sehingga tidak terlalu membebani
lingkungan,
6.      Toksisitas terhadap mamalia rendah (LD 50 dermal dan LD50 oralrelatif tinggi), sehingga aman bagi manusia dan lingkungan hayati
7.      Dalam perdagangan (labelling, pengepakan, penyimpanan, dan transpor) harus memenuhi persyaratan keamanan
8.      Harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut
9.      Harga terjangkau bagi petani.
Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi masalah-masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil panen dapat dikurangi.

Dampak Negatif Penggunaan Pestisida Dalam
Kegiatan Pertanian

1.      Pencemaran air dan tanah
Di lingkungan perairan, pencemaran air oleh pestisida terutama terjadi melalui aliran air dari tempat kegiatan manusia yang menggunakan pestisida dalam usaha mena ikkan produksi pertanian dan peternakan. Jenis-jenis pestisida yang persisten (DDT, Aldrin, Dieldrin) tidak mengalami degradasi dalam tanah, tapi malah akan berakumulasi. Dalam air, pestisida dapat mengakibatkan biology magnification, pada pestisida yang persisten dapat mencapai komponen terakhir, yaitu manusia melalui rantai makanan. Pestisida dengan formulasi granula, mengalami proses dalam tanah dan air sehingga ada kemungkinan untuk dapat mencemari tanah dan air.
2.      Pencemaran udara
Pestisida yang disemprotkan segera bercampur dengan udara dan langsung terkena sinar matahari. Pestisida dapat mengalami fotodekomposisi di udara. Pestisida mengalami perkolasi atau ikut terbang menurut aliran angin. Makin halus butiran larutan makin besar kemungkinan ikut perkolasi dan makin jauh ikut diterbangkan arus angin.
3.      Timbulnya spesies hama yang resisten
Spesies hama yang akan diberantas dapat menjadi toleran terhadap pestisida, sehingga populasinya menjadi tidak terkendali. Ini berarti bahwa jumlah individu yang mati sedikit sekali atau tidak ada yang mati, meskipun telah disemprot dengan pestisida dosis normal atau dosis lebih tinggi sekalipun. Populasi dari spesies hama dapat pulih kembali dengan cepat dari pengaruh racun pestisida serta bisa menimbulkan tingkat resistensi pestisida tertentu pada populasi baru yang lebih tinggi, hal ini biasanya disebabkan oleh pestisida golongan organoklorin.
4.      Timbulnya spesies hama baru atau ledakan hama sekunder
Penggunaan pestisida yang ditujukan untuk memberantas jenis hama tertentu, bahkan dapat menyebabkan munculnya jenis hama yang lain. Ledakan hama sekunder tersebut dapat terjadi beberapa saat setelah penggunaan pestisida, atau pada akhir musim tanam atau malah pada musim tanam berikutnya. Ledakan hama sekunder dapat lebih merusak daripada hama sasaran sebelumnya.
5.      Resurgensi
Bila suatu jenis hama setelah memperoleh perlakuan pestisida berkembang menjadi lebih banyak dibanding dengan yang tanpa perlakuan pestisida, maka fenomena itu disebut resurgensi. Faktor penyebab terjadinya resurgesi antara lain adalah (a) butir semprotan pestisida tidak sampai pada tempat hama berkumpul dan makan; (b) kurangnya pengaruh residu pestisida untuk membunuh nimfa hama yang menetas sehingga resisten terhadap pestisida; (c) predator alam mati terbunuh pestisida; (d) pengaruh fisiologis insektisida kepada kesuburan hama. Hama bertelur lebih banyak dengan angka kematian hama yang menurun; (e) pengaruh fisiologis pestisida kepada tanaman sedemikian rupa sehingga hama dapat hidup lebih subur (Djojosumarto, 2000).
6.      Merusak keseimbangan ekosistem
Penggunaan pestisida seperti insektisida, fungisida dan herbisida untuk membasmi hama tanaman, hewan, dan gulma (tanaman benalu) yang bisa mengganggu produksi tanaman sering menimbulkan komplikasi lingkungan (Supardi, 1994).
Penekanan populasi insekta hama tanaman dengan menggunakan insektisida, juga akan mempengaruhi predator dan parasitnya, termasuk serangga lainnya yang memangsa spesies hama dapat ikut terbunuh. Misalnya, burung dan vertebrata lain pemakan spesies yang terkena insektisida akan terancam kehidupannya. Sehingga dengan demikian bersamaan dengan menurunnya jumlah individu spesies hama, menurun pula parasitnya. Sebagai contoh misalnya kasus di Inggris, dilaporkan bahwa di daerah pertanian dijumpai residu organochlorin yang tidak berpengaruh pada rodentia tanah. Tapi sebaliknya, pada burung pemangsa Falcotinnunculus dan Tyto alba, yang semata-mata makanannya tergantung pada rodentia tanah tersebut mengandung residu tinggi, bahkan pada tingkat yang sangat fatal. Se bagai akibatnya, banyak burung-burung pemangsa yang mati. Begitu juga pada binatang jenis kelelawar. Golongan ini ternyata tidak terlepa dari pengaruh pestisida. Dari 31 ekor kelelawar yang diteliti, semuanya mengandung residu senyawa Organochhlorin dengan DDE (Hendrawan, 2002).
7.      Dampak terhadap kesehatan masyarakat
Penggunaan pestisida dalam kegiatan pertanian dapat mengakibatkan dampak negatif pada kesehat an manusia, misalnya : (a) terdapat residu pestisida pada produk pertanian; (b) bioakumulasi dan biomagnifikasi melalui rantai makanan. Manusia sebagai makhluk hidup yang letaknya paling ujung dari rantai makanan dapat memperoleh efek biomagnifikasi yang p aling besar. Dampak ini ditimbulkan oleh pestisida golongan organoklorin; (c) k eracunan pestisida, yang sering terjadi pada pekerja dengan pestisida.

Pencegahan Pencemaran Oleh Pestisida

1.      Pengelolaan pestisida
Tindakan pengelolaan terhadap pestisida bert ujuan untuk agar manusia terbebas dari keracunan dan pencemaran oleh pestisida. Beberapa tindakan pengelolaan yang perlu diambil untuk mencegah keracunan dan pencemaran oleh pestisida ialah penyimpanan, pembuangan serta pemusnahan limbah pestisida. Pestisida harus disimpan pada tempat yang aman dengan banyak hal yang perlu diperhatikan (Siswanto, 1991 dan Depkes 2000).
2.      Pengawasan terhadap penggunaan pestisida
Penggunaan pestisida baik pada bidang kesehatan masyarakat untuk pemberantasan vektor penyakit ataupun pada bidang pertanian harus dimonitor oleh perwakilan WHO pada tingkat nasional untuk membantu pengembangan strategi manajemen resistensi dan petunjuk penggunaan pes tisida secara aman dan terbatas, dan perjanjian penggunaan pestisida pada tingkat internasional (WHO, 2001 dan WHO, 1999).
3.      Sistim Pertanian Back to Nature
Cara yang paling baik untuk mencegah pencemaran pestisida adalah tidak menggunakan pestisida sebagai pemberantas hama. Mengingat akibat sampingan yang terlalu berat, atau bah kan menyebabkan rusaknya lingkungan dan merosotnya hasil panen, penggunaan pestisida mulai di kurangi. Sistim pertanian dengan konsep back to nature merupakan salah satu solusi yang menarik untuk mengurangi penggunaan pestisida dalam bidang pertanian. Dalam konsep ini dikembangkan sistem pertanian yang tidak menggunakan pestisida dalam mengendalikan hama tanaman. Cara yang dapat ditempuh untuk mencegah dan mengurangi serangan hama antara lain mengatur jenis tanaman dan waktu tanam, memilih varietas yang ta han hama, memanfaatkan predator alami, menggunakan hormon serangga, memanfaatkan daya tarik seks pada serangga, sterilisasi (Depkes, 2000).

KESIMPULAN

Pestisida adalah bahan-bahan kimia yang tidak terlepas dari penggunaannya untuk mengendalikan hama dan jasad pengganggu lainnya. Hingga saat ini ketergantungan petani terhadap pestisida semakin tinggi untuk menghasilkan kuantitas dan kualitas produk. Hal tersebut menyebabkan keseimbangan ekologis yang tidak sempurna (populasi hama tinggi, musuh alami semakin punah).
Pestisida tidak saja membawa dampak yang positif terhadap peningkatan produk pertanian, tapi juga membawa dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya. Pengarahan dan penggunaan yang lebih tepat kepada para penggunaan dalam hal pemberian dosis, waktu aplikasi, cara kerja yang aman, akan mengurangi ketidakefisienan penggunaan pestisida pada lingkungan dan mengurangi sekecil mungkin pencemaran yang terjadi. Di sisi lain penggunaan pestisida membawa bencana yang sangat hebat terhadap kesehatan petani dan konsumen akibat mengkonsumsi produk yang mengandung residu. Dampak lain yang tidak kalah penting adalah timbulnya pencemaran air, tanah dan udara yang dapat mengganggu sistem kehidupan organism lainnya.
Di masa yang akan datang diharapkan penggunaan pestisida akan berkurang dan lebih selektif dan didukung oleh adanya penemuan-penemuan baru yang lebih efektif dalam mengatasi masalah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. Prinsip-prinsip Pemahaman Pengendalian Hama Terpadu. Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Bina Perlindungan Tanaman.B.I. Jakarta. 1993.
Bimas. Surat Keputusan Menteri Pertanian / Ketua Badan Pengendali BIMAS. 1990.
Depkes. 2000. Pencemaran pestisida dan pencegahannya. Infokesehatan.net. http://www.infokes.com/today/artikeliew.html?item_ID =228&topic=keluarga. Tanggal sitasi 25 September 2002.
Djojosumarto P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian . Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Djojosumarto, Panut. (2008). Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta: Kanisisus.
Fischer HP. 1992. New Agrichemicals Based on Microbial Metabolites, dalam New Biopesticides. Proceeding of the ’92 Agric. Biotechnology Symposium on Biopesticide . September 1992. Suwon. Korea.
Hendrawan R. 2002. Saat Ini Beredar Sekitar 70.000 Pestisida di Dunia, FAO Larang Pestisida Senyawa ”Asbestos” . Pikiran Rakyat Cyber Media. http://www.pikiran rakyat.com/cetak/ 0702/27/0606.htm. Tanggal sitasi 25 Juni 2006.
Keman S. 2001. Bahan Ajar Toksikologi Lingkungan . Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Mangkoediharja S. 1999. Ekotoksikologi Keteknikan. Surabaya: Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP, ITS.
Siswanto A. 1991. Pestisida. Surabaya: Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Jawa Timur. Departemen Tenaga Kerja.
Supardi I. 1994. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Edisi Kedua. Bandung: Penerbit Alumni.
WHO. 1999. Food Safety Issues Associated with Products from Aquaculture. WHO Technical Report Series ; 883. FAO/NACA/WHO. Spanyol: Study Group on Food Safet Issues Associated with Products from Aquaculture.
WHO. 2001. Chemistry and Specification of Pesticides. WHO Technical Report Series ; 899. Singapore : Expert Committee on Vector Biology and Control.

1 komentar:

  1. Promo Spesial :

    ★ Bonus 100% Win Beruntun 8x, 9x, 10x (dapat di Klaim Setiap Hari)
    ★ Bonus 10% Deposit Pertama !
    ★ Bonus 5% Deposit Setiap Hari
    ★ Bonus Cashback Mingguan 5% s/d 10%
    ★ Bonus Referral 7% + 2%
    ★ Bonus Rollingan 0,5% + 0,7%

    Tersedia Permainan Judi Online :
    » Bola / Sportsbook
    » Sabung Ayam
    » Casino Live
    » Slot online
    » Togel Online
    » Bola Tangkas
    » Tembak Ikan
    » Poker
    » Domino
    » Dan Masih Banyak Lainnya.

    Pendaftaran Hubungi Kontak Resmi Kami Dibawah ini (Online 24 Jam Setiap Hari) :

    » Nomor WhatsApp : 0812–2222–995
    » ID Telegram : @bolavitacc
    » ID Wechat : Bolavita
    » ID Line : cs_bolavita

    BalasHapus