DAMPAK PENGGUNAAN PESTISIDA
TERHADAP LINKUNGAN DAN MANUSIA SERTA PENANGGULANGANNYA
ANGGUN FITRIANI (J1B117026)
ABSTRAK
Pestisida adalah suatu bahan
kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan hama. Pestisida dapat digolongkan berdasarkan fungsi
mekanisme biologisnya atau metode aplikasi. Setiap penggunaan pestisida membawa
beberapa resiko yang terkait. Pestisida memegang peranan penting dalam
melindungi tanaman, ternak, dan untuk mengontrol sumber-sumber vektor penyakit
(vector-borne diseases). Penggunaan pestisida oleh petani tidak
terelakan. Penggunaan pestisida yang memiliki kandungan bahan aktif pada suatu lingkungan akan menimbulkan kemungkinan terjadinya pencemaran air tanah
oleh suatu kontaminan. Untuk menghindari dampak negatif dari penggunaan
pestisida, maka perlu adanya peningkatan pengetahuan dan praktik yang benar
dalam menggunakan pestisida di lahan pertanian. Disamping itu petani hendaknya
menggunakan alat pelindung diri pada waktu menggunakan pestisida serta
menerapkan Pengelolaan Hama Terpadu.
Kata kunci : pestisida, bahan kimia, pencemaran, petani
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mula-mula
manusia membunuh hama secara sederhana yaitu dengan cara fisik dan mekanik
sebagai bentuk reaksi pertahanan alami manusia. Namun dengan semakin luasnya
daerah pertanian dan pertambahannya penduduk dunia caracara sederhana tersebut
tak mampu membendung peningkatan populasi dan keganasan hama.
kemudian dikembangkan cara-cara pengendalian hama yang lebih
efektif dibandingkan dengan metode fisik mekanik. Pengendalian dengan cara baru
dikembangkan dan digunakan seperti cara bercocok tanam penggunaan jenis tanaman
yang tahan terhadap hama parasitoid dan predator, dan penggunaan bahan kimia
organik. Sampai pada era Perang Dunia II praktek pengendalian hama masih banyak
dilandasi oleh bermacam-macam pengetahuan biologi dan ekologi sehingga
cara-cara pengendalian hama kurang memberikan dampak negatif bagi lingkungan
hidup dan keamanan kehidupan manusia. Tetapi metode pengendalian yang digunakan
pada saat itu masih dianggap kurang efektif dan sering kurang praktis.
Pada era perang dunia ke II, mulai digunakannya insektisida
organik sintetik. Hal ini disebabkan karena pada permulaannya pestisida
menunjukkan hasil yang mengagumkan dalam efektifitas dan efisiensinya
mengendalikan hama dibandingkan cara-cara pengendalian sebelumnya. Pestisida
ternyata sangat efektif, praktis dan mendatangkan keuntungan ekonomi yang besar
bagi petani. Tak heran setelah tahun 1950 an penggunaan pestisida pertanian
diseluruh dunia semakin tinggi dan industri pestisida berkembang sangat cepat
sehingga menjadi industri yang memiliki kekuatan ekonomi dan politik banyak
negara di dunia. Sehingga timbul kesan dan pandangan seakan-akan bahwa
keberhasilan pembangunan pertanian tidak dapat dilepaskan dari jasa pestisida.
Disamping segala keberhasilannya manusia semakin merasakan dampak
negatif pestisida yang semakin memprihatinkan rasa kemanusiaan dan juga rasa
tanggung jawabnya terhadap kelangsungan hidup manusia di biosfer ini.
Bukti-bukti semakin berdatangan tentang banyak korban pestisida baik binatang
berharga, ternak dan manusia sendiri. Residu pestisida pada makanan dan
lingkungan semakin menakutkan manusia (Anonimous, 1993).
Dengan semakin meningkatnya pembangunan di berbagai sektor seperti
pertanian, kesehatan masyarakat, perdagangan dan industri, dikeluarkan lah Pasal
1 Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1973, tentang “Pengawasan atas Peredaran
dan Penggunaan Pestisida”.
Pestisida terbukti mempunyai peranan yang penting dalam
peningkatan kesejahteraan rakyat. Pestisida adalah bahan yang beracun dan
berbahaya, yang bila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak
negatif yang tidak diinginkan. Dampak negatif tersebut akan menimbulkan
berbagai masalah baik secara langsung ataupun tidak, akan berpengaruh terhadap
kesehatan dan kesejahteraan manusia seperti keracunan. Dampak negatif yang
terjadi dari penggunaan pestisida pada pengendalian hama adalah keracunan,
khususnya para petani yang sering/ intensif menggunakan pestisida (Bimas,
1990).
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Pestisida
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang
berarti pembunuh, jadi pestisida adalah substansi kimia digunakan untuk
membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Secara luas pestisida diartikan
sebagai suatu zat yang dapat bersifat racun, menghambat
pertumbuhan/perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, pengaruh
hormon, penghambat makanan, membuat mandul, sebagai pengikat, penolak dan
aktivitas lainnya yang mempengaruhi OPT. Sedangkan menurut The United State
Federal Environmental Pestiade Control Act, Pestisida adalah semua zat atau campuran
zat yang khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga, binatang
pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama
kecuali virus, bakteri atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang
lainnya. Atau semua zat atau campuran zat yang digunakan sebagai pengatur pertumbuhan
tanaman atau pengering tanaman. Terdapat berbagai jenis pestisida salah satunya
adalah Hidrokarbon Berklor. Kelompok senyawa ini sering sisebut sebagai organoklorin
walaupun penamaannya kurang tepat karena didalamnya termasuk fosfat organik
yang mengandung klor.
Pestisida yang banyak digunakan biasanya merupakan bahan kimia
toksikan yang unik, karena dalam penggunaannya, pestisida ditambahkan atau
dimasukkan secara sengaja ke dalam lingkungan dengan tujuan untuk membunuh
beberapa bentuk kehidupan. Idealnya pestisida hanya bekerja secara spesifik
pada organisme sasaran yang dikehendaki saja dan tidak pada organisme lain yang
bukan sasaran. Tetapi kenyataanya, kebanyakan bahan kimia yang digunakan sebagai
pestisida tidak selektif dan malah merupakan toksikan umum pada berbagai organisme,
termasuk manusia dan organisme lain yang diperlukan oleh lingkungan (Keman,
2001).
Seperti disebutkan sebelumnya, penggunaan pestisida dalam aktifitas
manusia sangat beragam. Diantaranya adalah penggunaan pestisida di bidang
pertanian, yang merupakan salah satu upaya untuk peningkatan produk pertanian.
Penggunaan pestisida ini tidak akan menimbulkan masalah apabila sesuai dengan
aturan yang diperbolehkan. Penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan aturan
yang berlaku dapat membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini sehubungan dengan sifatnya yang
toksik, serta kemampuan dispersinya yang tinggi yaitu mencapai 100%
(Mangkoedihardja, 1999).
Klasifikasi Kimiawi Pestisida Organoklorin
Insektisida organoklorin dikelompokkan menjadi tiga golongan
berikut:
1.
DDT dan analognya, misalnya
BHC, dicofol, Klorobenzilat, TDE dan metoxychlor.
2. Senyawa siklodien, misalnya aldrin, dieldrin, endrin, endusulfan
dan heptaklor
3. Terpena berklor, misalnya toksafen (Panut, 2008).
SIFAT DAN CARA KERJA ORGANOKLORIN
Pada
aplikasinya organoklorin bersifat non sistemik yaitu tidak diserap oleh
jaringan tanaman tetapi hanya menempel pada bagian luar tanaman disebut dengan
insektisida kontak. Disamping itu organoklorin juga sebagai racun kontak,
insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga lewat kulit dan ditranformasikan
ke bagian tubuh serangga tempat insektisida aktif bekerja (susunan saraf).
Racun lambung atau racun perut adalah insektisida yang membunuh serangga
sasaran jika termakan serta masuk kedalam organ pencernaannya. Racun inhalasi
merupakan insektisida yang bekerja lewat sistem pernapasan. Racun pernapasan
adalah insektisida yang mematikan serangga karena mengganggu kerja organ
pernapasan (misalnya menghentikan kerja otot yang mengatur pernapasan) sehingga
serangga mati akibat tidak bisa bernapas (Panut 2008).
PEMBAHASAN
Peranan Pestisida Dalam Bidang Pertanian
Pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian hama.
Prinsip penggunaan pestisida secara ideal adalah sebagai berikut (Fischer, 1992
dan Natawigena, 1985) :
1.
Harus kompatibel dengan
komponen pengendalian hama yang lain, yaitu komponen pengendalian hayati,
2.
Efektif, spesifik dan selektif untuk
mengendalikan hama tertentu
3.
Meninggalkan residu dalam waktu yang
diperlukan saja,
4.
Tidak boleh persisten di
lingkungan, dengan kata lain harus
mudah terurai,
mudah terurai,
5.
Takaran aplikasi rendah, sehingga
tidak terlalu membebani
lingkungan,
lingkungan,
6.
Toksisitas terhadap mamalia
rendah (LD 50 dermal dan LD50 oralrelatif tinggi), sehingga aman bagi manusia
dan lingkungan hayati
7.
Dalam perdagangan (labelling,
pengepakan, penyimpanan, dan transpor) harus memenuhi persyaratan keamanan
8.
Harus tersedia antidote untuk
pestisida tersebut
9.
Harga terjangkau bagi
petani.
Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk program
intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi masalah-masalah hama
padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama hingga meluasnya serangan
dapat dicegah, dan kehilangan hasil panen dapat dikurangi.
Dampak Negatif Penggunaan Pestisida Dalam
Kegiatan Pertanian
1.
Pencemaran air dan tanah
Di lingkungan perairan, pencemaran air oleh pestisida terutama
terjadi melalui aliran air dari tempat kegiatan manusia yang menggunakan
pestisida dalam usaha mena ikkan produksi pertanian dan peternakan. Jenis-jenis
pestisida yang persisten (DDT, Aldrin, Dieldrin) tidak mengalami degradasi
dalam tanah, tapi malah akan berakumulasi. Dalam air, pestisida dapat
mengakibatkan biology magnification, pada pestisida yang
persisten dapat mencapai komponen terakhir, yaitu manusia melalui rantai
makanan. Pestisida dengan formulasi granula, mengalami proses dalam tanah dan
air sehingga ada kemungkinan untuk dapat mencemari tanah dan air.
2. Pencemaran
udara
Pestisida
yang disemprotkan segera bercampur dengan udara dan langsung terkena sinar
matahari. Pestisida dapat mengalami fotodekomposisi di udara. Pestisida
mengalami perkolasi atau ikut terbang menurut aliran angin. Makin halus butiran
larutan makin besar kemungkinan ikut perkolasi dan makin jauh ikut diterbangkan
arus angin.
3. Timbulnya
spesies hama yang resisten
Spesies
hama yang akan diberantas dapat menjadi toleran terhadap pestisida, sehingga
populasinya menjadi tidak terkendali. Ini berarti bahwa jumlah individu yang
mati sedikit sekali atau tidak ada yang mati, meskipun telah disemprot dengan
pestisida dosis normal atau dosis lebih tinggi sekalipun. Populasi dari spesies
hama dapat pulih kembali dengan cepat dari pengaruh racun pestisida serta bisa menimbulkan
tingkat resistensi pestisida tertentu pada populasi baru yang lebih tinggi, hal
ini biasanya disebabkan oleh pestisida golongan organoklorin.
4. Timbulnya spesies hama baru atau ledakan hama sekunder
Penggunaan
pestisida yang ditujukan untuk memberantas jenis hama tertentu, bahkan dapat
menyebabkan munculnya jenis hama yang lain. Ledakan hama sekunder tersebut
dapat terjadi beberapa saat setelah penggunaan pestisida, atau pada akhir musim
tanam atau malah pada musim tanam berikutnya. Ledakan hama sekunder dapat lebih
merusak daripada hama sasaran sebelumnya.
5.
Resurgensi
Bila
suatu jenis hama setelah memperoleh perlakuan pestisida berkembang menjadi lebih
banyak dibanding dengan yang tanpa perlakuan pestisida, maka fenomena itu
disebut resurgensi. Faktor penyebab terjadinya resurgesi antara lain adalah (a)
butir semprotan pestisida tidak sampai pada tempat hama berkumpul dan makan;
(b) kurangnya pengaruh residu pestisida untuk membunuh nimfa hama yang menetas
sehingga resisten terhadap pestisida; (c) predator alam mati terbunuh pestisida;
(d) pengaruh fisiologis insektisida kepada kesuburan hama. Hama bertelur lebih
banyak dengan angka kematian hama yang menurun; (e) pengaruh fisiologis pestisida
kepada tanaman sedemikian rupa sehingga hama dapat hidup lebih subur
(Djojosumarto, 2000).
6. Merusak
keseimbangan ekosistem
Penggunaan
pestisida seperti insektisida, fungisida dan herbisida untuk membasmi hama
tanaman, hewan, dan gulma (tanaman benalu) yang bisa mengganggu produksi
tanaman sering menimbulkan komplikasi lingkungan (Supardi, 1994).
Penekanan
populasi insekta hama tanaman dengan menggunakan insektisida, juga akan
mempengaruhi predator dan parasitnya, termasuk serangga lainnya yang memangsa
spesies hama dapat ikut terbunuh. Misalnya, burung dan vertebrata lain pemakan
spesies yang terkena insektisida akan terancam kehidupannya. Sehingga dengan
demikian bersamaan dengan menurunnya jumlah individu spesies hama, menurun pula
parasitnya. Sebagai contoh misalnya kasus di Inggris, dilaporkan bahwa di
daerah pertanian dijumpai residu organochlorin yang tidak berpengaruh pada
rodentia tanah. Tapi sebaliknya, pada burung pemangsa Falcotinnunculus dan
Tyto alba, yang semata-mata makanannya tergantung pada rodentia tanah
tersebut mengandung residu tinggi, bahkan pada tingkat yang sangat fatal. Se
bagai akibatnya, banyak burung-burung pemangsa yang mati. Begitu juga pada
binatang jenis kelelawar. Golongan ini ternyata tidak terlepa dari pengaruh pestisida.
Dari 31 ekor kelelawar yang diteliti, semuanya mengandung residu senyawa Organochhlorin
dengan DDE (Hendrawan, 2002).
7. Dampak terhadap kesehatan masyarakat
Penggunaan
pestisida dalam kegiatan pertanian dapat mengakibatkan dampak negatif pada
kesehat an manusia, misalnya : (a) terdapat residu pestisida pada produk
pertanian; (b) bioakumulasi dan biomagnifikasi melalui rantai makanan. Manusia
sebagai makhluk hidup yang letaknya paling ujung dari rantai makanan dapat memperoleh
efek biomagnifikasi yang p aling besar. Dampak ini ditimbulkan oleh pestisida
golongan organoklorin; (c) k eracunan pestisida, yang sering terjadi pada
pekerja dengan pestisida.
Pencegahan Pencemaran Oleh Pestisida
1.
Pengelolaan pestisida
Tindakan
pengelolaan terhadap pestisida bert ujuan untuk agar manusia terbebas dari
keracunan dan pencemaran oleh pestisida. Beberapa tindakan pengelolaan yang
perlu diambil untuk mencegah keracunan dan pencemaran oleh pestisida ialah penyimpanan,
pembuangan serta pemusnahan limbah pestisida. Pestisida harus disimpan pada
tempat yang aman dengan banyak hal yang perlu diperhatikan (Siswanto, 1991 dan
Depkes 2000).
2. Pengawasan terhadap penggunaan pestisida
Penggunaan
pestisida baik pada bidang kesehatan masyarakat untuk pemberantasan vektor
penyakit ataupun pada bidang pertanian harus dimonitor oleh perwakilan WHO pada
tingkat nasional untuk membantu pengembangan strategi manajemen resistensi dan
petunjuk penggunaan pes tisida secara aman dan terbatas, dan perjanjian penggunaan
pestisida pada tingkat internasional (WHO, 2001 dan WHO, 1999).
3. Sistim Pertanian Back to Nature
Cara
yang paling baik untuk mencegah pencemaran pestisida adalah tidak menggunakan
pestisida sebagai pemberantas hama. Mengingat akibat sampingan yang terlalu
berat, atau bah kan menyebabkan rusaknya lingkungan dan merosotnya hasil panen,
penggunaan pestisida mulai di kurangi. Sistim pertanian dengan konsep back
to nature merupakan salah satu solusi yang menarik untuk mengurangi
penggunaan pestisida dalam bidang pertanian. Dalam konsep ini dikembangkan sistem
pertanian yang tidak menggunakan pestisida dalam mengendalikan hama tanaman. Cara
yang dapat ditempuh untuk mencegah dan mengurangi serangan hama antara lain
mengatur jenis tanaman dan waktu tanam, memilih varietas yang ta han hama, memanfaatkan
predator alami, menggunakan hormon serangga, memanfaatkan daya tarik seks pada
serangga, sterilisasi (Depkes, 2000).
KESIMPULAN
Pestisida adalah bahan-bahan kimia yang tidak terlepas dari penggunaannya
untuk mengendalikan hama dan jasad pengganggu lainnya. Hingga saat ini
ketergantungan petani terhadap pestisida semakin tinggi untuk menghasilkan
kuantitas dan kualitas produk. Hal tersebut menyebabkan keseimbangan ekologis
yang tidak sempurna (populasi hama tinggi, musuh alami semakin punah).
Pestisida tidak saja membawa dampak yang positif terhadap
peningkatan produk pertanian, tapi juga membawa dampak negatif terhadap
lingkungan di sekitarnya. Pengarahan dan penggunaan yang lebih tepat kepada
para penggunaan dalam hal pemberian dosis, waktu aplikasi, cara kerja yang
aman, akan mengurangi ketidakefisienan penggunaan pestisida pada lingkungan dan
mengurangi sekecil mungkin pencemaran yang terjadi. Di sisi lain penggunaan
pestisida membawa bencana yang sangat hebat terhadap kesehatan petani dan
konsumen akibat mengkonsumsi produk yang mengandung residu. Dampak lain yang
tidak kalah penting adalah timbulnya pencemaran air, tanah dan udara yang dapat
mengganggu sistem kehidupan organism lainnya.
Di masa yang akan datang diharapkan penggunaan pestisida akan berkurang
dan lebih selektif dan didukung oleh adanya penemuan-penemuan baru yang lebih efektif
dalam mengatasi masalah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. Prinsip-prinsip Pemahaman Pengendalian Hama
Terpadu. Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Bina Perlindungan Tanaman.B.I. Jakarta.
1993.
Bimas. Surat
Keputusan Menteri Pertanian / Ketua Badan Pengendali BIMAS. 1990.
Depkes. 2000. Pencemaran pestisida dan pencegahannya. Infokesehatan.net.
http://www.infokes.com/today/artikeliew.html?item_ID =228&topic=keluarga.
Tanggal sitasi 25 September 2002.
Djojosumarto P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian .
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Djojosumarto, Panut.
(2008). Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta: Kanisisus.
Fischer HP. 1992. New Agrichemicals Based on Microbial Metabolites,
dalam New Biopesticides. Proceeding of the ’92 Agric. Biotechnology
Symposium on Biopesticide . September 1992. Suwon. Korea.
Hendrawan R. 2002. Saat Ini Beredar Sekitar 70.000 Pestisida di
Dunia, FAO Larang Pestisida Senyawa ”Asbestos” . Pikiran Rakyat Cyber
Media. http://www.pikiran
rakyat.com/cetak/ 0702/27/0606.htm. Tanggal sitasi 25
Juni 2006.
Keman S. 2001. Bahan Ajar Toksikologi Lingkungan .
Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Mangkoediharja S. 1999. Ekotoksikologi Keteknikan. Surabaya:
Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP, ITS.
Siswanto A. 1991. Pestisida. Surabaya: Balai Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Jawa Timur. Departemen Tenaga Kerja.
Supardi I. 1994. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Edisi
Kedua. Bandung: Penerbit Alumni.
WHO. 1999. Food Safety Issues Associated with Products from
Aquaculture. WHO Technical Report Series ; 883. FAO/NACA/WHO. Spanyol:
Study Group on Food Safet Issues Associated with Products from Aquaculture.
WHO. 2001. Chemistry and Specification of Pesticides. WHO Technical
Report Series ; 899. Singapore : Expert Committee on Vector Biology and Control.
Promo Spesial :
BalasHapus★ Bonus 100% Win Beruntun 8x, 9x, 10x (dapat di Klaim Setiap Hari)
★ Bonus 10% Deposit Pertama !
★ Bonus 5% Deposit Setiap Hari
★ Bonus Cashback Mingguan 5% s/d 10%
★ Bonus Referral 7% + 2%
★ Bonus Rollingan 0,5% + 0,7%
Tersedia Permainan Judi Online :
» Bola / Sportsbook
» Sabung Ayam
» Casino Live
» Slot online
» Togel Online
» Bola Tangkas
» Tembak Ikan
» Poker
» Domino
» Dan Masih Banyak Lainnya.
Pendaftaran Hubungi Kontak Resmi Kami Dibawah ini (Online 24 Jam Setiap Hari) :
» Nomor WhatsApp : 0812–2222–995
» ID Telegram : @bolavitacc
» ID Wechat : Bolavita
» ID Line : cs_bolavita